Tersebarnya puing-puing dan sebagian candi yang dipugar ini merupakan situs Hindu-Buddha terluas di Asia Tenggara dengan luas tanah diperkirakan 3981 hektar. Candi Muaro Jambi diyakini menandai lokasi kota kuno Jambi, ibu kota kerajaan Malayu 1000 tahun silam. Serta diyakini pula sebagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu.
Jika kamu ingin berwisata, bisa menjadikan Candi Muaro Jambi sebagai destinasi sejarah. Kamu bisa menjelajahi situs hutan ini menggunakan sepeda yang bisa disewa per hari nya, sebesar Rp 10.000,-. Di sini kamu akan merasa damai yang dikelilingi pepohonan, semilir angina sepoi-sepoi. Dan pastinya kamu akan mengagumi bangunan batu candi.
Situs berhutan mencakup 12 km persegi di sepanjang tepi utara Batang Hari. Pintu masuknya melalui gapura berornamen di desa Muaro Jambi dan sebagian besar tempat menarik dapat dicapai dengan berjalan kaki beberapa menit. Meskipun kamu dapat menjelajahi sebagian besar kuil dengan berjalan kaki, untuk mencapai beberapa reruntuhan barat yang lebih terpencil, sebaiknya gunakan sepeda. Sebagian besar situs masih perlu digali dan ada beberapa perdebatan mengenai apakah pengunjung harus diizinkan memanjat seluruh reruntuhan dan candi yang telah dipugar.
Delapan candi telah diidentifikasi sejauh ini, masing-masing di tengah kompleks berdinding rendahnya sendiri. Beberapa disertai dengan perwara candi (candi samping yang lebih kecil) dan tiga telah dipugar menjadi sesuatu yang mendekati bentuk aslinya. Banyak menapo atau gundukan batu bata yang lebih kecil yang memenuhi situs ini dan dianggap sebagai reruntuhan dari bangunan lain. Bisa jadi bekas tempat tinggal para pendeta atau pejabat tinggi lainnya.
Candi Candi Gumpung yang telah dipugar, tepat di depan kantor sumbangan, memiliki makara (kepala setan) jahat yang menjaga langkahnya. Pekerjaan penggalian di sini telah menghasilkan beberapa penemuan penting, termasuk peripih (kotak batu) yang berisi lembaran emas bertuliskan aksara Jawa kuno, yang berasal dari abad ke-9. Patung Prajnyaparamita yang ditemukan di sini, serta ukiran batu dan keramik lainnya, adalah salah satu daya tarik utama di museum situs kecil di dekatnya. Namun, artefak terbaik telah dibawa ke Jakarta.
Candi Tinggi, 200m tenggara Candi Gumpung, adalah candi terbaik yang ditemukan sejauh ini. Itu berasal dari abad ke-9 tetapi dibangun di sekitar kuil lain yang lebih tua. Sebuah jalan mengarah ke timur dari Candi Tinggi ke Candi Astano, berjarak 1,5 km, melewati Candi Kembar Batu yang menarik, dikelilingi oleh pohon palem, dan banyak menapo di sepanjang jalan.
Candi-candi di sisi barat situs belum dipugar. Mereka tetap sama seperti saat ditemukan – minus hutan, yang dibuka pada 1980-an. Situs barat ditandai dari Candi Gumpung. Pemberhentian pertama, setelah 900m, adalah Candi Gedong I, dilanjutkan 150m selanjutnya oleh Candi Gedong II. Mereka adalah kuil independen terlepas dari apa yang mungkin disarankan oleh namanya. Jalan terus ke barat sejauh 1,5 km lagi ke Candi Kedaton, candi terbesar, yang selain tangga yang dijaga oleh arca dewa, hanya terdiri dari fondasi dasar; ini adalah situs yang damai dan menggugah. Selanjutnya 900m barat laut adalah Candi Koto Mahligai.
Di tepi Batang Hari, selama berabad-abad situs tersebut terbengjalai dan ditumbuhi rerumputan dan pepohonan hutan. Pada tahun 1920, ‘ditemukan kembali’ oleh ekspedisi tebtara Inggris yang dikirim untuk menjelajahi wilayah tersebut. Tempat tinggal masyarakat Melayu rata-rata sudah digantikan dengan rumah panggung kontemporer oleh warga desa. Menurut catatan Tionghoa, orang Melayu pernah tinggal di sepanjang sungai di rumah panggung atau di gubuk rakit yang ditambatkan ke tepi sungai.
Perlu kalian ketahui, untuk menuju ke sini, aksesnya cukup susah karena tidak ada angkutan umum dari Jambi ke Muaro Jambi. Untuk jaraknya sendiri kurang lebih 26km. Namun, kamu bisa menyewa speedboat (Rp400.000) dari dermaga sungai Jambi menuju lokasi. Grabcar atau Gocar akan dikenakan biaya sekitar Rp120.000 sekali jalan, atau kamu dapat menyewa ojek (Rp50.000).